.
Nama; Sofyan Solehuddin
Tafsir Tahlili dalam Surah An-Nisa’ dari Ayat
138 sampai Ayat 149
بَشِّرِ
الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا (138) الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ
الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ
الْعِزَّةَ فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (139) وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ
فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا
وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ
غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ
وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا (140) الَّذِينَ يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ
فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ
كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ عَلَيْكُمْ
وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
سَبِيلًا (141) إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ
وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا
يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
سَبِيلًا (143)
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ
عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا مُبِينًا (144) إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ
الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ
تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ
فَأُولَئِكَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا
عَظِيمًا (146) مَا يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ
وَكَانَ اللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا (147) لَا يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ
بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا
(148) إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ
اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا (149)
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir
menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan
Allah”.“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat
siksaan yang pedih”,“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di
dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan
diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta
mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya
(kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya
Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di
dalam Jahannam”,
“(yaitu) orang-orang yang
menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang
mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata:
"Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang
kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami
turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah
akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali
tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
yang berima”.“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan
membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri
dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan
tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka dalam keadaan
ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan
ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang
kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi
petunjuk) baginya”.“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil
orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah
kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu)?. Sesungguhnya
orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari
neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi
mereka. Kecuali orang-orang yang taubat dan
mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas
(mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama
orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang
beriman pahala yang besar”.“Apa yang
dilakukan Allah dengan penyiksaan terhadap kamu, jika kamubersyu-kur dan
beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”“Allah tidak menyukai terang-terangan
dengan keburukan menyangkut ucapan, kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”“Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa”.
Pembahasan
بَشِّرِ الْمُنَافِقِينَ بِأَنَّ لَهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا
(138)
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan
mendapat siksaan yang pedih”,
Mufradat: kata الْمُنَافِقِينَ mempunyai arti berpura-pura, بَشِّرِ mempunyai arti (akhbara) yaitu
“kabarkan”
Tafsir: Allah memerintahkan Rasulallah
agar mengabarkan kepada orang-orang munafik bahwa yang mereka lakukan akan
mendapatkan azab yang pedih kelak di hari pembalasan. Dan kabar ini mengandung
penegasan dengan penggunaan kata بِأَنَّ. Secara tidak langsung ayat ini
memberikan ancaman dan sekaligus menakut-nakuti atas apa yang mereka perbuat.
الَّذِينَ يَتَّخِذُونَ الْكَافِرِينَ
أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَيَبْتَغُونَ عِنْدَهُمُ الْعِزَّةَ
فَإِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا (139)
“(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir
menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari
kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan
Allah”.
Mufradat: أَوْلِيَاءَ mempunyai arti teman akrab, atau pemimpin.
Munasabah: ayat mempunyai keterkaitan
dengan ayat sebelumnya yaitu sebagai
penjelas mengenai orang-orang munafik.
I’rab: الَّذِينَ menjadi نعت kata الْمُنَافِقِينَ.
Tafsir: Pada ayat ini,
menginterpretasikan ayat sebelumnya yaitu menjelaskan ciri-ciri orang munafik
bahwa orang munafik itu orang yang menjadikan orang yahudi atau orang kafir
sebagai pemimpin dan teman akrab mereka. Bukan menjadikan orang muslim sebagai
teman atau pemimpin mereka. Sehingga al-Qur’an menyindir mereka dengan
pertanyaan Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu?.
Sindiran ini sebenarnya merupakan isyarah agar mereka berfikir lebih jernih
lagi dalam mencari teman akrab atau pemimpin. Dan agar tidak bergantung hidup
kepada mereka sampai membela mati-matian. Karena yang berhak kita berharap
hanya kepada Allah karena Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ
إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا
تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا
مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ
جَمِيعًا (140)
“Dan sungguh Allah telah
menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al Quran bahwa apabila kamu mendengar
ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka
janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang
lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa
dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik
dan orang-orang kafir di dalam Jahannam”,
Mufradat: الْكِتَابِ mempunyai arti al-Qur’an, pada
kata itu ada alif dan lam yang menandakan bahwa kata tersebut ma’rifat, dimana
fungsinya sebagai penegas bahwa kitab itu adalah al-Qur’an saja bukan dapat
diartikan kitab Taurat, Injil, atau Zabur.
Ilmu Qira’at: وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ imam Ashim berbeda dengan al-Baqun
dalam membaca huruf nun dan zai yaitu beliau membacanya dengan baris atas
(fathah). Sedangkan al-Baqun membaca huruf nun dengan baris dhammah dan zai
dengan baris bawah. Selain dari kata tersebut ada kata yang وَيُسْتَهْزَأُ dimana
Hamzah dan Hisyam membacanya ada dua cara pada saat waqaf yaitu ibdal (mengganti) huruf hamzah menjadi
huruf alif dan membaca huruf hamzah dengan hamzah secara raum.[1]
Munasabah: relasi
ayat ini dengan ayat sebelumnya bahwa ayat sebelumnya menjelaskan ciri-ciri
orang munafik sedangkan pada ayat ini lebih memperjelas sikap orang munafik
yaitu mereka suka mengolok-olok al-Qur’an.
Tafsir: Al-Qur;an
diturunkan oleh Allah agar umat manusia mempunyai pegangan hidup di Dunia, oleh
karena itu maka wajib bagi umat manusia khususnya orang islam agar selalu
menjaga, mengamalkan dan menghafalnya. Dan apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah
diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), respon kita kepada mereka harus
tegas, maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki
pembicaraan yang lain. Sebelum kamu terpengaruh hasutan mereka. . Karena
sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Ini peringatan kepada seluruh umat islam agar tidak mengikuti, menyetujui
apalagi mendukung perbuatan orang-orang munafik tadi. Jika itu dilakukan maka
secara tidak langsung termasuk bagian mereka. Dan perbuatan jelak yang
dilakukan oleh orang munafik dan orang kafir
akan dibalas oleh Allah . Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua
orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.
الَّذِينَ
يَتَرَبَّصُونَ بِكُمْ فَإِنْ كَانَ لَكُمْ فَتْحٌ مِنَ اللَّهِ قَالُوا أَلَمْ
نَكُنْ مَعَكُمْ وَإِنْ كَانَ لِلْكَافِرِينَ نَصِيبٌ قَالُوا أَلَمْ نَسْتَحْوِذْ
عَلَيْكُمْ وَنَمْنَعْكُمْ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ فَاللَّهُ يَحْكُمُ بَيْنَكُمْ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ
سَبِيلًا (141)
“(yaitu) orang-orang yang
menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang
mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata:
"Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?" Dan jika orang-orang
kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami
turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah
akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali
tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang
yang berima”.
Mufradat: فَتْحٌ asalnya mempunyai arti membuka,
namun pada kata ini mempunyai arti kemenangan. Sedangkan kata يَتَرَبَّصُونَ mempunyai arti sama dengan kata ينتظرون yaitu menunggu.
Munasabah: ayat ini menjelaskan tentang
sifat kemunafikan, sedangkan ayat sebelumnya juga menjelaskan sikap orang
munafik.
Tafsir: Allah memperjelaskan tentag
ciri-ciri dan sikap orang munafik pada ayat ini yaitu orang-orang yang
menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang
mukmin) pada saat berperang. Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari
Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang) beserta
kamu?". Mereka sengaja pura-pura bertanya seolah-olah mereka bagian
dari umat islam yang ihlas berperang. Dan jika orang-orang kafir mendapat
keberuntungan (kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut
memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?". Secara
tidak langsung sikap seperti ini sangat tidak pantas untuk dikatakan sebagai
bagian dari umat islam. Mereka pura-pura hanya untuk kepentingan pribadi.
Padahal semua itu tidak lepas dari pantauan Allah SWT. Maka Allah akan
memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat. Keputusan yang bijak dan
adil yaitu jika mereka islam tanpa melakukan hal yang dilakukan orang munafik,
maka tentu masuk surga dan jika mereka pura-pura (menjadi orang munafik) dalam
beragama tentu mereka akan masuk neraka. Dan yang perlu kita ketahui
bahwa Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.
إِنَّ
الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ
إِلَّا قَلِيلًا (142) مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَلِكَ لَا إِلَى
هَؤُلَاءِ وَلَا إِلَى هَؤُلَاءِ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ
سَبِيلًا (143)
“Sesungguhnya orang-orang munafik
itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka
berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan
shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali. Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir):
tidak masuk kepada golongan ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada
golongan itu (orang-orang kafir), maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat
jalan (untuk memberi petunjuk) baginya”.
Mufradat: يُخَادِعُونَ berasal dari kata خدع yang artinya menipu, mengelabuhi,
menyombongkan, atau mengkhianati.
Munasabah: kedua ayat ini mempunyai korelasi
dengan ayat sebelumnya yaitu sama-sama
menjelaskan sifat atau sikap orang-orang munafik. Jika ayat sebelumnya
berbicara tentang sikap orang munafik pada saat berperang sedangkan pada kedua
ayat ini menjelaskan sikap orang munafik pada saat mereka beribadah vertikal
seperti salat. Yang mana mereka tidak
mengingat Allah kecuali sedikit, dan masih tidak jelas kualitas keimanan
mereka.
Tafsir: orang-orang munafik mempercayai
diri mereka bahwa mereka sudah dapat menipu Allah dan orang-orang muslim,
padahal mereka sebenarnya sudah menipu dirinya sendiri. Sebagaimana dijelaskan
pada surah al-Baqarah ayat 9; Mereka menipu Allah dan orang-orang beriman,
padahal mereka menipu diri mereka sendiri tanpa mereka sadari. Ini menjadi
pelajaran kepada kita agar sekali-kali tidak melakukan sikap munafik atau
sikap-sikap yang lain yang tidak terpuji (seperti bohong, kikir atau hasud).
Karena sejatinya orang yang berbuat demikian secara tidak langsung sudah
melakukan kepada mereka sendiri.
Dan Biasanya orang munafik tidak akan
khusu’ pada saat salat bahkan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka
berdiri dengan malas. Karena tidak ada keihlasan dalam hati mereka. Yang
ada justru Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia.
Padahal Allah selalu memantau segala perbuatan mereka. Dan pada saat
salat tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.
Hati Mereka dalam keadaan
ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir): tidak masuk kepada golongan
ini (orang-orang beriman) dan tidak (pula) kepada golongan itu (orang-orang
kafir), seharusnya mereka tegas dalam keimanan. maka kamu sekali-kali
tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya. Karena dalam
urusan hati hanya ada ditangan Allah. Tidak ada yang bisa mengubah hati siapa
pun merubah menjadi baik atau buruk.
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ
الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَنْ تَجْعَلُوا لِلَّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَانًا
مُبِينًا (144) إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ
وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا (145) إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا
وَاعْتَصَمُوا بِاللَّهِ وَأَخْلَصُوا دِينَهُمْ لِلَّهِ فَأُولَئِكَ مَعَ
الْمُؤْمِنِينَ وَسَوْفَ يُؤْتِ اللَّهُ الْمُؤْمِنِينَ أَجْرًا عَظِيمًا (146)
“Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu)?. Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada
tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan
mendapat seorang penolongpun bagi mereka. Kecuali
orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada
(agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka
mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan
memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar”.
Ilmu Qira’at: pada kata فِي الدَّرْكِ Ashim, Hamzah dan Hisyam membaca pada
huruf ra’ dengan sukun. Berbeda dengan Al-Baqun membaca huruf ra’ dengan baris
atas.
Munasabah: ayat sebelumnya menjelaskan sikap
orang-orang munafik (sikap yang sangat tidak baik), sedangkan pada ayat-ayat
ini memberikan ketegasan kepada orang-orang muslim agar tidak menjadikan mereka
(orang-orang munafik) apalagi orang-orang kafir sebagai teman akrab, pemimpin,
atau pun panutan hidup, karena meraka tidak pantas untuk ditiru mengingat ayat
sebelumnya mengambarkan sikap mereka (orang-orang munafik) yang tidak baik. Dan
pada ayat-ayat ini juga memberikan penegasan akan balasan orang-orang munafik
yaitu masuk neraka kecuali yang bertobat.
Tafsir: setelah Allah menerangkan sikap
orang munafik, Allah mengingatkan kita agar hati-hati terhadap mereka (orang munafik
atau yang terindikasi kemunafikannya) dalam kehidupan kita baik untuk
pertemanan atau pun dalam kepemerintahan. Oleh karena itu, kita harus berusaha
mencari teman akrab atau pemimpin yang benar-benar baik khususnya yang muslim
dan meninggalkan orang-orang munafik apalagi orang-orang kafir.
Islam melarang menjalin pertemanan
yang terlalu akrab atau melarang memilih pemimpin dari golongan mereka bukan
tanpa alasan, itu semua lantaran sifat mereka (orang munafik) yang tidak baik, mereka
tidak mempunyai keimanan yang jelas dan tidak mempunyai rasa cinta kepada
Allah, sikap mereka sama seperti orang kafir yaitu tidak mempunyai keimanan
kepada Allah, keduanya tidak baik dijadikan wali oleh orang muslim. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi
wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Posisi orang munafik lebih
berbahaya dari pada orang kafir, lantaran orang munafik pura-pura masuk ke
dalam komunitas islam yang biasanya hanya mengambil keuntungan saja. mereka
akan cendrung lebih mementingkan kemaslahatan agama mereka.
Sesungguhnya Balasan kelak di akhirat yang mempunyai sikap seperti orang-orang
munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan
kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka. itu semua tidak akan berubah
takdirnya Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan dan
berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka
karena Allah. Sehingga Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang
beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala
yang besar.
مَا
يَفْعَلُ اللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِنْ شَكَرْتُمْ وَآمَنْتُمْ وَكَانَ اللَّهُ
شَاكِرًا عَلِيمًا (147)
“Apa yang dilakukan Allah dengan penyiksaan terhadap kamu, jika
kamubersyu-kur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir:Dalam kontek
ini, Allah menganjurkan manusia agar bersyukur dan beriman. Pada ayat ini,
Bersyukur disebut lebih dahulu dari pada beriman karena bersyukur mengantarkan
manusia menyadari akan keagungan Allah, dan kalau dia sadar atas keagungan itu
maka benih-benih iman akan muncul. Namun tidak berhenti disitu, setelah iman
muncul dari diri seorang muslim maka mereka seharusnya mengasah lebih dalam
lagi agar keimanan itu berbuah menjadi tingkatan paling tertinggi manusia
bersyukur.
Allah menyebutkan dirinya syakir yang artinya: Allah akan membalas
lebih banyak lagi atas ibadah hambanya yang sedikit. Allah menganugerahkan
nikmat tanpa batas waktunya atas amal-amal yang dilakukan oleh hambanya yang
dilakukan di hari-hari yang terbatas.[3]
لَا
يُحِبُّ اللَّهُ الْجَهْرَ بِالسُّوءِ مِنَ الْقَوْلِ إِلَّا مَنْ ظُلِمَ وَكَانَ
اللَّهُ سَمِيعًا عَلِيمًا (148)
“Allah tidak menyukai
terang-terangan dengan keburukan menyangkut ucapan, kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Tafsir: ayat-ayat sebelumnya menjelaskan
sikap orang munafik yang sangat buruk, sehingga menimbulkan ketidaksukaan di
hati orang muslim kepada mereka. Di saat kondisi seperti ini, Allah
mengingatkan mereka (orang muslim) agar tetap menjaga sikap dan ucapan mereka.
Karena Allah tidak suka orang muslim yang mengeluarkan kata-kata buruk dari
lisannya. Selain karena berdambak buruk bagi dirinya dengan dibalas perkataan
buruk juga oleh orang munafik juga supaya menjaga agama islam dari ucapan buruk
mereka (orang munafik). Ucapan yang demikian, diperkenankan hanya kepada orang
yang dizalimi.
إِنْ تُبْدُوا خَيْرًا أَوْ تُخْفُوهُ أَوْ
تَعْفُوا عَنْ سُوءٍ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا قَدِيرًا (149)
“Jika kamu melahirkan sesuatu
kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain),
maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa”.
Tafsir: setiap manusia mempunyai naluri
kebaikan dalam hidupnya. Karena dalam diri manusia mempunyai sifat teologis
yang tidak bisa dihilangkan. Ketika seseorang sering mengasah hatinya untuk
menjadi lebih baik maka pada akhirnya dia akan menemukan jalan menuju kebaikan
tersebut.
Kebaikan itu bukan hanya diukur
dengan tingkat ibadah vertikalnya saja yang dinilai, tetapi juga keperduliannya
atas sesama yang harus dijaga juga. Apalagi tujuan ibadahnya murni hanya
mengharap ridha Allah saja. Biasanya orang seperti itu cendrung untuk tidak
menampakkan kebaikannya. Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau
menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya
Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.
[1]Muhsin
Salim, Ilmu Qira’at Tujuh, (Jakarta: Yayasan Tadris AL-QUR’AN YATAQI Pusat
Jakarta. 2008). Hal. 189.
[2]Muhyiddin
Bin Ahmad Musthafa, I’rabul Al-Qur’an wa Bayanuhu. (Dar Al-Yamamah. 1415).
Jild.2. hal. 356.
[3]
Quraih Shihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta: lentera Hati, 2009). Cet. 1. Hal.
775.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar